***
“kenalin, gue Sari”
“Mela”, Mela
menjabat tangan Sari.
“Kita mau kemana
dulu nih?”, kata Egy dibalik kemudi.
“Kak, gue maluuu”
“malu kenapa?”
“masak gue pake
seragam?”
“Oh iya !”, Egy
menepuk dahinya. Dia lupa kalau Mela
masih memakai seragam sekolahnya.
“pinjem baju gue aja gimana?”, Sari
menawarkan bantuan. Awalnya Mela menolak
karena sungkan, tetapi setelah dipikir-pikir daripada memakai seragam lebih
baik dia meminjam baju saja.
“Kak, pake yang
mana nih?”, tanya Mela.
“Terserah lo aja, Mel. Gak apa-apa
kok”
“Tapi aku gak
suka tanktop”
“mmmhh sebentar
kakak cariin ya?”
Lima belas menit
kemudian, Sari dan Mela keluar. Mela
tampak tidak nyaman mengenakan baju milik Sari.
Tetapi Dimas dan Egy menjadi terpesona ketika melihat Mela memakai kaos
dengan potongan leher rendah—hampir menyerupai one shoulder yang memperlihatkan sedikit tali bra-nya. Dipadukan dengan
celana jins skinny yang membuat Mela
terlihat semakin seksi.
“eh Sar, lo apain
tuh adeknya si Egy? Kok jadi kayak Cinderella abis disulap sama ibu peri?”,
ledek Dimas.
“Ciyeeeee….Cinderella
katanyaa. Eh dek, lo dipanggil Cinderella
tuh sama Dimas”, Kata Egy.
Pipi Mela menjadi
merah karena malu, ia hanya bisa diam sepanjang jalan sampai di tempat tujuan.
Egy dengan
senangnya menggandeng tangan Sari, terlihat sekali wajah mereka berdua yang
sedang di mabuk asmara. Keadaan itu
terlihat sangat kontras dengan keadaan Mela dan Dimas. Mereka berdua tampak kaku, apalagi Mela.
sepertinya baju pinjaman dari Sari sangat tidak nyaman di badannya.
“Kak”, panggil
Mela
“apa?”, Dimas
menoleh ke arah Mela yang berjalan di sampingnya,sedangkan Egy dan Sari
berjalan di depan keduanya.
“Lo jalannya di
depan gue dong”
“Ha? Kenapa?”
“Biar nutupin
gue, gue malu pake baju kayak gini”, Mela berkata dengan wajah cemas.
“Hahahahaaa dasar
anak ingusan!”, Dimas malah menertawai Mela.
“Hhhhh nyesel gue
ngomong ma elo ! ”
Mereka berempat
sudah sampai di depan pintu masuk bioskop Twenty One, lagi-lagi Mela mengeluh.
“Kak, elo gimana
sih udah tau gue anti yang namanya nonton di bioskop malah diajak nonton!
Ogahhh gue gak ikut masuk !”
“ehh sekali-sekali
kek gak apa-apa temenin gue !”
“gak mauuuuuuu,
pokonya gue gak mauuuuu !!!”, Mela berusaha kabur namun Egy cepat-cepat
memegang tangannya dan menggandengnya sampai di tempat duduk bioskop. Film pun dimulai. Entah film apa itu Mela tidak mengerti. Awalnya Mela mencoba menikmati, tapi saking
nikmatnya Mela malah tertidur dan baru terbangun setelah film selesai.
“Kak, tadi gue
tidurnya lama gak?”, tanya Mela pada Egy.
“Mana gue tahu,
gue gak liatin lo sama sekali tadi. Malah
gue baru tau kalo lo tidur pas filmnya selesai”, kata Egy.
“Apa gue mimpi
tadi ya? Kok kayaknya tadi gue nonton adegan ciuman?”
***
Film telah
dimulai, lampu bioskop pun telah dimatikan.
Dimas masih sempat melihat Mela dengan wajah kesalnya menggerutu sendiri
sebelum lampu dimatikan. Tiga puluh menit kemudian Dimas
merasakan ada kepala yang bersandar di bahunya.
Ternyata itu kepala Mela yang terjatuh ke samping karena ketiduran. Dimas tersenyum, rasanya ingin sekali melihat
wajah cantik Mela dari dekat, namun sayang Dimas tidak bisa melihat dengan
jelas karena gelap.
Rasanya film ini
tidak cocok untuk Dimas yang masih galau karena kehilangan Sherly, tidak
seperti Egy dan Sari yang sepertinya begitu menikmati semua adegan romantis di
film itu. Dimas merasakan kepala Mela
semakin melorot ke bawah, kemudian Dimas mengangkat kepala Mela dan meletakkan
di sandaran kursi. Saat itu Dimas bisa
melihat wajah Mela walaupun hanya sekilas, Dimas tersenyum kecil kemudian
dengan lembut mencium bibir Mela tanpa sepengetahuan Egy yang duduk di samping
Mela, maklum Egy dan Sari sepertinya sedang merasakan dunia hanya milik mereka
berdua.
Sampai akhirnya
film itu selesai dan Egy membangunkan Mela.
“Kak, tadi gue
tidurnya lama gak?”, tanya Mela pada Egy.
“Mana gue tahu,
gue gak liatin lo sama sekali tadi.
Malah gue baru tau kalo lo tidur pas filmnya selesai”, kata Egy.
“Apa gue mimpi
tadi ya? Kok kayaknya tadi gue nonton adegan ciuman?”
“Eh lo anak kecil
tau apa yang namanya ciuman?”, tiba-tiba Dimas nyeletuk tetapi Mela tidak
menggubris.
“mau kemana lagi
nih?”, tanya Egy.
“Timezone Kak!”,
Mela memberi usul.
“Okelah kita
kesana !”
Mela sangat
senang karena itu adalah tempat favoritnya.
Karena Egy masih sibuk dengan pacar barunya, Dimas akhirnya yang menemani
Mela dan menantangnya bermain basket.
Dimas dan Mela
tampak sangat menikmati permainan itu.
Tidak seperti biasanya yang selalu saja bertengakar, kali ini mereka
damai, aman, tentram, sentosa. Loh?
Tanpa mereka
sadari ternyata Egy dan Sari sengaja meninggalkan mereka berdua di
TimeZone. Awalnya Dimas sempat
kebingungan tapi Dimas lebih senang karena tidak ada lagi pemandangan orang
baru jadian yang membuat dia iri setengah mampus.
“Kak Egy kemana
ya Kak? Kok gak muncul-muncul dari tadi? Biar gue telepon dulu deh”, kata Mela
setelah lelah bermain.
“Biarin aja deh,
palingan lagi pacaran !”, kata Dimas dengan cueknya.
“Enak aja! Gue
gak mau jalan berdua sama elo kali!”, kata Mela sambil memukul lengan Dimas.
“Awww ! ya gak
usah pake mukul juga kali!”
“Duhh kok gak
aktif handphonenya?”
“Udah dibilangin
lagi pacaran juga!”
“Lo punya nomer
teleponnya kak Sari?”, Dimas menggeleng.
“Ya udah jalan
aja yuk sambil cari Egy”, ajak Dimas.
Mela pun menurut.
Ketika mereka
berjalan tiba-tiba Dimas menggandeng tangan Mela. Mela kaget dan jantungnya langsung berdetak
kencang.
“Gue cuma gak mau
lo ilang”, kata Dimas tanpa ditanya oleh Mela.
Mela pun akhirnya senyum-senyum sendiri tanpa sepengetahuan Dimas.
“kak beli kebab
yuk !”
Sepertinya kali
ini mereka berdua melanjutkan acara kencan itu sendiri. Dimas benar-benar merasakan ada sesuatu yang
berbeda dalam hatinya. Mela yang cantik
alami, ceria, tidak banyak menuntut, terkadang menyebalkan tapi juga
menggemaskan, membuat Dimas nyaman berjalan dengannya.
***
Bertahun-tahun
bersahabat dengan Egy dan hamper tiap hari ke rumahnya tapi baru kali ini Dimas
berani meminta nomor handphone Mela.
Tentu saja hal itu membuat Mela berjingkrak-jingkrak kegirangan ketika
sampai di rumah.
“kak Egyyyyyyy
jahaaaaattttt !!!!! kenapa ninggalin gue sama kak Dimas di mall ……………..!!!”, Mela
memukul-mukul Egy dengan bantal.
“Eh eh apaan
siihhh. Udah dehh, tapi lo seneng kaaannn?”
Mela berhenti
memukuli Egy. Dalam hati ia berkata,
“bener juga sih”, tapi Mela terlalu malu untuk mengakuinya. “awas lo ya ! gue bilangin sama bunda!”, Mela
pura-pura mengancam.
“Huuu beraninya
sama Bunda”
Mela masuk ke
kamar sambil bernyanyi-nyanyi kecil.
Setelah mandi, Mela seperti biasa sibuk dengan PSP kesayangannya. Tiba-tiba handphonya berbunyi tanda ada pesan
masuk.
FROM : Kak Dimas
TO :
Chika
Hey my Dish
, lagi ngapain?
FROM :
Chika
TO : Kak Dimas
Dish?
FROM : Kak Dimas
TO :
Chika
Iya childish
:p
FROM : Chika
TO : Kak Dimas
Males ah
dikatain mulu !
FROM : Kak Dimas
TO :
Chika
Klo marah
tambah cantik deh :D
FROM : Chika
TO : Kak Dimas
Dasar
gombal !
FROM : Kak Dimas
TO :
Chika
Abis makan
malem gw telp ya ?
Mela kaget membaca pesan terakhir dari Dimas. “apa dia bilang? Dia mau nelpon gue? Haaaa
yaa ampuuunnn !!”, Mela cepat-cepat keluar kamar dan menuju ruang makan.
“Bunda chika
makan malam duluan yah”, kata Mela sambil mengambil nasi di piringnya.
“Kok tumben, ini
mama masih bikinin nasi goreng loh”, Bunda berkata dari dapur.
“gak apa-apa
Bunda, ini kan masih ada nasi sama telur”, Mela makan dengan cepat, dia tidak
sabar ingin segera berbicara dengan telepon dengan Dimas.
Tiga menit. Yah !
hanya tiga menit Mela duduk di meja makan melahap makan malamnya. Setelah itu dia kembali ke kamar dan
mengambil handphonenya.
FROM : Chika
TO : Kak Dimas
Kak gue udh
selesai mkn malem
FROM : Kak Dimas
TO :
Chika
Eh chik yg
bner aja lu. Gw sms lu kayaknya msh 5 menit yg lalu. Knp skrg udh selese
makannya? Cpt amat
Mela bingung harus menjawab apa, sepertinya dia memang terlalu
cepat menyelesaikan makan malamnya.
Tetapi sepertinya dia lebih bingung lagi sekaligus kaget karena beberapa
saat kemudian Dimas langsung meneleponnya.
“Bismillahirrohmanirrohim…”,
ucap Mela sebelum menjawab teleponnya.
Mela :
“halo”
Dimas : “lo yakin udah makan malem?”
Mela :
“iya. Kenapa sih penting banget gue udah makan malem apa belom”
Dimas : “gue takut aja ntar lo pingsan pas gue telfonin elo”
Mela :
“Ha?”
Dimas : “hahahahaha ! becanda aja sih. Lagi ngapain Dish?”
Mela :
“gue gak suka lo panggil gue childish”
Dimas : “kenapa?”
Mela :
“karena gue gak childish, gue udah gede, beberapa bulan lagi gue juga
udah jadi anak SMA”
Dimas : “hahaa bagus deh kalo gitu. Mau masuk SMA mana? Samaan kayak si
Egy
ya?”
Mela :
“saman kayak Egy kan berarti samaan kayak lo juga”
Dimas : “bagus dong kalo gitu”
Mela :
“kenapa? Gue enek liat muka lo tiap hari”
Dimas : “oh gitu. Ya udah gue tutup aja teleponnya”
Mela :
“loh eh gue kan cumm…”
“Lohh
lohh haloo halo”, telepon terputus.
“loh kok ditutup
sihhh. Masak gitu doang kak Dimas marah?
Gak nyangka kak Dimas pemarah gitu.
Mela
bingung harus berbuat apa. Dia ingin
menelepon balik tapi sepertinya itu terlalu berlebihan. Bayangan tentang telepon pertama dari Dimas
yang akan berlangsung lama berjam jam seperti ketika Egy menelepon pacarnya
kandas sudah.
Mela
benar-benar tidak mengerti tentang Dimas atau memang Mela benar-benar tidak
mengerti tentang bagaimana cinta?
“Kak,
kakak kalo teleponan sama pacar kakak kok lama banget sih? Yang diomongin apa
aja?”, Mela menghampiri Egy yang sedang bermain Play Station di kamarnya.
“ya
banyak lah dek, apa aja diomongin.
Namanya juga orang pacaran. Kalo ditelepon malah gak ada yang diomongin
berarti diantara mereka gak aada chemistry”
“kalo
ditelepon malah jadi berantem gimana?”
Egy
menekan tombol pause dan menoleh ke adiknya dengan tatapan penuh tanda tanya,
“lo udah punya pacar?”, tanya Egy.
Mela
kaget mendengar pertanyaan Egy, “ng nggak kok kak, temen deket aja gak punya
apalagi pacar. Lagian Bunda kan belom
ngijinin aku pacaran”
“kapan
Bunda bilang gitu? Kamunya aja kali yang emang gak mau pacaran. Awas lo dek hati-hati bisa jadi perawan tua !
Hiiiii”
“Apaan
sih kak ! gue pacarannya ntar kalo ada cowok berhati malaikat yang deketin
gue. Jangan sampe gue salah pilih cowok
kayak kakak. Weekkk !”, Mela menjulurkan lidahnya lalu segera berlari keluar
dari kamar Egy.
Egy
hanya melotot mendengar Mela berkata “cowok seperti kakak”, maksudnya dia cowok
seperti apa?
***
bersambung
0 komentar:
Posting Komentar