RSS

Tentang Masa Kecilku :)


Bila ku ingat lelah ayah bunda...
Bunda piara piara akan daku sehingga aku besarlah...
Waktu ku kecil hidupku amatlah senang...
Senang dipangku dipangku dipeluknya...
Serta dicium dicium dimanjakan namanya kesayangan...

Tau lagu itu kan?? lagu itu selalu mengingatkan aku ke masa kecilku.  Masa kecil yang saaaaaangat bahagia :) kali ini aku ingin sekali bercerita tentang masa kecilku. oke dimulai saja ya...


 Aku adalah anak perempuan pertama dari kedua orang tuaku dan aku juga merupakan cucu pertama dari orang tua mamaku.  Gak heran aku menjadi kebanggan mereka sejak kecil, semua perhatian mereka masih tertuju padaku.  Dulu orang tuaku masih tinggal bersama keluarga kakek nenekku (orang tua dari mamaku) karena itulah aku menjadi sangat dekat dengan mereka apalagi kedua orang tuaku sama-sama bekerja jadi waktuku lebih banyak dihabiskan dengan nenek, tante, dan omku (kakekku pada saat itu juga bekerja di luar kota).


aku, nenek, dan tante-tanteku

Mamaku adalah seorang guru TK dan mengajar privat baca tulis hitung beberapa anak tetangga.  waktu itu belum banyak yang les, hanya satu atau dua orang saja.  Aku yang waktu itu masih berumur satu tahun (kata mama) selalu ikut duduk manis ketika anak yang les sudah datang, aku pun ikut belajar membaca, menulis, dan berhitung dan di umur yang masih sangat muda aku sudah pandai memegang pensil dengan benar.  Ajaibnya, di umur 3 tahun (kata papa) aku sudah lancar membaca headline koran ataupun spanduk dan poster di pinggir jalan.
Di umur 3 tahun pula aku sudah bersekolah di TK (belum ada PAUD waktu itu).  Aku bersekolah di tempat mama mengajar tapi aku tidak pernah mau diajar mamaku sendiri, jadi aku selalu masuk di kelas yang berbeda dengan kelas yang diajar mamaku.

 Waktu TK aku aktif sekali di berbagai kegiatan seperti menari, fashion show, paduan suara, dan lain-lain.  Aku sudah terbiasa tampil menari di pendopo Kabupaten, di depan bupati dalam segala acara.  Aku juga ingat aku pernah mengalungkan bunga kepada bupati entah dalam rangka apa.  Dulu aku sempat merasa bosan lama-lama bersekolah di TK.  Aku iri dengan salah satu sahabat sekaligus tetangga depan rumahku yang masuk SD terlebih dulu karena memang usianya setahun lebih tua dari aku, sedangkan pada saat itu aku masih berumur 5 tahun.
Di akhir tahunku bersekolah di TK, salah seorang guru mengikutkanku lomba melukis.  Itu pertama kalinya aku ikut lomba semacam itu, biasanya hanya lomba mewarnai dan itupun tidak pernah menang.  Selama beberapa hari aku dilatih oleh Bu Im, guru yang terkenal galak di sekolah tapi aku tidak pernah dimarahi beliau, mungkin karena aku adalah anak salah satu guru disana jadi beliau juga sungkan untuk memarahiku.  Tidak hanya aku yang dilatih, ada salah seorang temanku (aku lupa namanya) seorang laki-laki yang sudah terbiasa ikut lomba melukis.  Waktu itu aku kagum dengan gambarnya, dia sudah bisa menggambar seekor sapi yang menurutku sangat bagus sedangkan aku hanya bisa menggambar sebuah rumah lalu disampingnya ada pohon pepaya, kelapa, dan pisang, lalu ada matahari, batu, dan seekor kelinci yang sama sekali tidak mirip kelinci -____-"  waktu itu aku masih belum punya peralatan menggambar apapun, aku hanya dipinjami crayon pentel yang berisi 12 dari sekolah. Ternyata siapa sangka aku memenangkan perlombaan itu dan temanku yang sudah terbiasa ikut lomba melukis kalah.  Karena itulah aku berhak ikut belajar melukis di salah satu sanggar sebelum dikirim ke Surabaya. Pak Maji yang melatih, salah satu pelukis yang sudah cukup berumur dan terkenal di Bangkalan.  Dari situlah aku belajar tentang melukis yang sebenarnya.  Aku belajar bagaimana mencampur warna, belajar kalau daun itu tidak harus selalu berwarna hijau.  Dari situlah bakat melukisku mulai muncul.  Papaku membelikan aku sebuah crayon bermerk Cina yang punya 60 warna lengkap dengan peralatan tambahan untuk melancipkan ujung crayon, membuat tekstur pada gambar, dll. padahal teman-temanku yang lain paling lengkap cuma punya yang 24 warna yang merk Pentel.

lomba mewarnai yang gak pernah menang


Menginjak kelas 1 SD, aku bisa melewati tes masuk dengan sangat mudah.  Aku yang sudah lancar membaca dan berhitung dengan santai menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh guru yang mengetes.  H-1 tahun ajaran baru aku benar-benar tidak bisa tidur, tidak sabar untuk memasuki hari baruku.  Keesokan harinya dengan seragam baru, tas baru, sepatu baru, semua serba baru masuk sendiri ke dalam sekolah dan papa hanya mengantarku sampai depan gerbang.  Aku memilih duduk di bangku paling depan karena aku ingat pesan papa untuk duduk di bangku paling depan.
Sebuah kejutan diberikan padaku ketika baru seminggu aku menjalani hari dengan status murid kelas 1 SD.  Salah seorang guruku mengikutkanku lomba mengarang tingkat kabupaten untuk kategori kelas 1-3 SD.  Lomba mengarang? lomba macam apa itu? aku belum pernah mendengar sebelumnya dan guruku memberi tahu kabar itu H-1 sebelum perlombaannya.  Aku sama sekali tidak punya persiapan, aku bingung, dan agak sedikit takut ketika keesokan harinya aku berada di tempat itu dengan berbekal sebuah pensil dan penghapus.  Untungnya aku ditemani seorang kakak kelas yang juga mengikuti lomba itu untuk kategori kelas 4-6 SD.  Kakak kelasku itu ternyata sudah punya persiapan dan seudah membuat contoh karangan.  aku baca saja karangannya dan dari situ aku tahu kalau lomba mengarang itu lomba menulis apa saja terserah kita, untungnya pada saat itu temanya bebas. Yah ketika perlombaan dimulai dan aku diberi lembaran folio, dengan senang hati aku langsung menulis dengan judul "Gemar Membaca".  Aku tulis semua yang ada dalam pikiranku, aku ceritakan semua koleksi bukuku sampai 2 lembar 4 halaman kertas folio itu full terisi tulisanku bahkan aku merasa kekurangan kertas.  Lagi-lagi aku tidak menyangka, aku menjadi juara 1 di lomba itu dan kalau tidak salah aku satu-satunya peserta dari kelas 1 SD.  Itu adalah awal aku menuliskan prestasi di sekolahku. Setelah itu aku mulai menunjukkan bakat melukisku, belasan bahkan puluhan piala sudah aku sumbangkan ke sekolahku. Oh iya, pada saat aku kelas 1 SD aku juga belajar mengaji di TPA (Taman Pendidikan Alquran) para ustadz dan ustadzah juga mengetahui bakat melukisku, jadi tiap kali ada peerlombaan SD dan TPA ku selalu berebut untuk mendaftarkan namaku menjadi peserta lomba melukis. Namaku mulai terkenal di bidang melukis, setiap kali aku ikut lomba, aku selalu pulang membawa piala minimal juara Harapan.  Nama dan fotoku beberapa kali terpampang d koran lokal. Prestasi akademikku juga lumayan bagus, selama SD dari kelas 1-6 aku selalu menjadi juara kelas.  Aku mulai belajar bahasa Inggris di kelas 2 SD, bukan di sekolahku tapi di TPA ada semacam ekstrakurikuler untuk anak kelas 4, tapi mereka menyuruhku untuk ikut pelajaran itu juga padahal saat itu aku masih kelas 2.  Kegiatanku menari juga masih tetap eksis.  aku dan kelompok menariku di TPA sering sekali memenangkan perlombaan.  Kalian tahu siapa yang melatih? Mamaku ! yah mamaku yang super duper kreatif.  karena mamaku kelompok menariku beberapa kali menang perlombaan dan nama TPAku menjadi melejit.

piagam yang aku dapatkan selama SD

Orang tuaku mulai bisa mengontrak rumah dan tidak berkumpul lagi dengan kakek dan nenek, tetapi tidak denganku. aku tidak ikut mama dan papa pindah rumah, aku memilih untuk tetap tinggal bersama nenekku dan pulang setiap weekend saja.
Di kelas  3 aku menjadi sangat sibuk, pagi sekolah, pulang sekolah mengerjakan PR, sore harinya dari Senin-Sabtu aku belajar mengaji di TPA tapi tidak bisa full karena hari Senin dan Rabu aku les bahasa Inggris, Selasa ke Sanggar Tari, Minggu ke sanggar Lukis.  Aku mulai belajar menari Tradisional tapi ternyata aku tidak berbakat menari Tradisional.  Di kelas 3 SD aku sudah mulai bisa sedikit berbahasa Inggris dan bermain drama dengan menggunakan bahasa Inggris padahal jaman dulu bahasa Inggris baru dikenalkan di kelas 4 SD. Sedangkan di kelas 4 SD aku sudah dinyatakan lulus untuk program bahasa inggris sampai kelas 6. Harusnya aku bisa melanjutkan ke program SMP tapi umurku masih kurang katanya.




 Sanggar lukisku dulu bernama Sanggar Cokelat dibawah asuhan kak Didit.  Disitulah aku mulai belajar melukis menggunakan cat air dan disitu juga aku menyertakan lukisanku di pameran lukisan pertamaku.  Tak lama kemudian sanggar Cokelat tutup karena kak Didit pindah ke luar kota dan aku pindah ke sanggar Tresna.  Disini aku mulai belajar melukis di atas kanvas menggunakan cat minyak.  Skillku semakin terasah, alat lukisku mulai lengkap, bahkan kakekku membelikanku cat air 24 warna bermerk Jepang (lagi-lagi) dan teman-temanku di sanggar tidak ada yang cat airnya punya 24 warna sepertiku.  Lukisanku sudah dikirim kemana-mana dan pernah dipamerkan di ibukota Jakarta (Lukisannya aja, orangnya nggak). Yang paling membanggakan, aku pernah menjadi juara 3 lomba lukis se-Jawa Timur. Meskipun tidak terlalu amazing, tapi aku bangga :)
Di kelas 4 aku lulus TPA dan diwisuda, aku maju ke depan untuk menerima piala sebagai pembaca Alquran terbaik.
Oh ya, aku juga punya saingan di bidang melukis, namanya Fahmi.  Entah ada dimana dia sekarang. Nanti aku akan ceritakan lebih lanjut ya tentang Fahmi di postingan yang lain.
Di akhir tahunku di SD, untuk kesekian kalinya lagi-lagi aku harus berangkat ke Jawa Timur mewakili Bangkalan dalam perlombaan melukis.  Tapi kali ini aku benar-benar jenuh dengan duniaku itu.  Aku mogok melukis, bahkan aku sampai menangis mengurung diri di kamar ketika guruku menjemputku untuk ke sanggar lukis.  Aku benar-benar capek melukis, ingin rasanya berhenti saja.  dan ketika hari H perlombaan, aku kalah.  Disitulah terkahir kalinya aku ikut lomba melukis dan mulai menarik diri untuk keluar dari dunia melukis.
Aku lulus dari SD dengan nilai cukup baik dan maju ke depan panggung ketika perpisahan mewakili teman-temanku memberikan pidato.
Terlalu banyak hal yang aku alami di SD, banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan,mulai dari melukis, menari, menulis, bahkan mengoperasikan komputer.  Aku sudah bisa mengetik dengan Microsoft Word pada waktu kelas 4 SD dan Kepala Sekolahku pernah memintaku mengetik surat undangan karena beliau belum bisa mengoperasikannya (komputer pada saat itu masih barang langka).  Semua prestasiku yang telah aku sumbangkan ke sekolah, ke TPA, semua untuk  Mama dan Papa.  Aku senang pernah membuat mereka bangga kepadaku, lalu mereka ceritakan semua prestasi yang telah aku dapat ke saudara jauh, ke teman-teman mereka.

Awal masuk SMP, aku yang sudah berniat berhenti dari dunia melukis ternyata harus masuk ke dunia itu lagi, sudah terlalu banyak yang mengenal namaku.  Aku dipaksa guru di SMP untuk ikut lomba melukis, dan aku berjanji itu terakhir kalinya aku ikut lomba lukis.  karena aku merasa terpaksa, akhirnya aku kalah dalam perlombaan itu.
Aku mulai memfokuskan diri di bidang akademik, aku ingin mengulang prestasiku di SD. menjadi juara kelas setiap semester tapi ternyata kemampuanku tidak terlalu bagus.  Aku hanya bisa masuk ke 3 besar di kelas dan tidak pernah ada di rangking 1 -___-"
Aku sempat ikut pemilihan Duta Wisata di Bangkalan yang lebih dikenal dengan Kacong Jebbing.  Dua kali aku ikuti event itu tapi ternyata aku memang tidak berjodoh dengan acara semacam itu.  Hanya satu hal yang bisa aku ulang dari masa kejayaanku di SD, pada waktu acara perpisahan aku kembali maju ke atas panggung sebagai lulusan 3 terbaik di kelas dan lagi-lagi aku didaulat sebagai wakil dari teman-teman untuk memberikan pidato.  Aku tidak lolos PMDK SMA favorit di Bangkalan, tapi alhamdulillah aku lulus dengan NUM yang cukup tinggi sehingga dengan mudah mendaftar di sekolah favorit itu.  Jujur saja NUMku itu adalah murni dari hasil jawabanku pada saat ujian,aku sama sekali tidak curang dan tidak bertanya pada temanku.  Entah kenapa pada saat itu aku benar-benar belajar serius.


 Awal masuk SMA ada semacam tes untuk masuk kelas unggulan.  dan ternyata aku salah satu yang lolos tes itu.  Kelasku berbeda, ada AC di dalamnya, KKM lebih tinggi dari kelas lainnya, dan laki-lakinya tidak lebih dari 15 orang.  Setiap semester ada rolling, dimana siswa dari kelas lain juga disaring lagi untuk masuk ke kelas unggulan dan biasanya ada beberapa yang tergeser dari kelas unggulan.  Alhamdulillah tiga tahun aku selalu bertahan di kelas unggulan walaupun dengan nilai yang pas-pasan.  Pada tahun awal aku lumayan rajin belajar dan masih masuk 10 besar tapi yang namanya dunia SMA penuh dengan segala macam cerita akupun mulai malas belajar dan nilaiku sudah tidak beraturan lagi.  Aku cuma ingat dulu aku pernah ikut lomba kimia bertaraf internasional yang hasilnya dikirim ke Australia, dan aku mendapat nilai di atas rata-rata padahal aku jawabnya ngasal.  Dan di kelas 12 aku mulai menulis lagi, aku ikut lomba Madura Mencari Juara di bidang bahasa Indonesia.  Aku berhasil masuk sampai babak final.  Di babak semifinal aku dituntut untuk menulis sebuah essay dan ternyata essayku itu mendapat nilai tertinggi.  Sayangnya di babak final ketika aku harus mempresentasikan hasil tulisanku, aku mendapat undian maju pertama dan omonganku begitu kacau ! Aku cuma bisa mendapatkan juara harapan 1 :(


\Pada saat kelulusan aku sudah tidak bisa lagi maju ke depan panggung.  Aku cuma murid biasa yang lulus dengan nilai yang biasa.  Tapi satu hal luar biasa yang aku punya, aku punya 5 orang sahabat yang selalu ada di saat aku butuhkan :)

 Walaupun aku bukan termasuk murid yang pintar di SMA, tapi nyatanya aku berhasil lulus SNMPTN. Bukan masuk ITS jurusan informatika yang aku inginkan, atau masuk ke jurusan arsitektur seperti cita-citaku, bukan juga di bagian desain produk atau desain grafis dimana aku bisa menyalurkan hobi menggambarku, tapi di jurusan MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PRODI PENDIDIKAN.  Dengan kata lain aku ini adalah seorang calon guru matematika, sangat bertolak belakang dengan ceritaku yang tidak pernah ada hubungannya dengan matematika.  Benar-benar aku harus belajar ekstra keras, mungkin yang sedikit membanggakan, sekali lagi SEDIKIT membanggakan adalah IPku selalu di atas 3,00. Tapi untuk mencapai itu susaaaaaahhhh sekali rasanya.

Mungkin benar, kemampuan otak seseorang itu akan menurun seiring bertambahnya usia.   Seperti halnya aku sekarang sangat bertolak belakang sekali keadaan pada waktu SD dan kuliah.

Mama, Papa, suatu saat nanti aku akan membanggakan kalian seperti itu lagi.  Mungkin bukan sekarang, tapi suatu saat nanti ketika aku diwisuda dan mendapat gelar S-1 ku siapa tahu kejaiban itu terjadi lagi, siapa tau aku menjadi wisudawan terbaik seperti waktu aku SD dan SMP (Ngareeepppp -____-)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 EchAmazing. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy